Tuesday, October 15, 2024

P5 Jangan Ngasal

Projek penguatan profil pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka

Sejak Kurikulum Merdeka diluncurkan, kita sering mendengar tentang P5 yakni projek penguatan profil pelajar Pancasila. Meskipun sudah berjalan beberapa tahun akan tetapi di lapangan tidak sedikit yang mispersepsi terkait implementasinya. Beberapa praktik yang terjadi, seperti P5  harus menghasilkan sebuah produk dalam bentuk barang untuk dipamerkan dan jenis produk sudah ditentukan.
 
Tidak mengherankan jika kemudian demi terlihatnya P5 di sekolah, guru-gurunya yang kemudian sibuk merancang kegiatan, menginstruksikan murid untuk melakukan ini itu, atau bahkan guru-gurunya yang sibuk mengerjakan projek dibantu oleh muridnya, lalu setelah projek selesai, lenyap pula karakter yang menjadi esensi dimensi profil pelajar Pancasila.

Padahal P5 itu bukan sekadar produk dan selebrasi panen hasil belajar. P5 merupakan penguatan karakter murid. Produk atau aksi yang dihasilkan berasal dari karakter-karakter baik yang berhasil tertanam dan dikembangkan oleh anak melalui pelaksanaan P5. Apa gunanya punya produk atau aksi tetapi karakter tidak berhasil tertanam dan dikembangkan oleh murid? Apa gunanya selebrasi jika karakter baik tidak berhasil ditanamkan di kehidupan mereka sehari-hari?


P5 seharusnya menjadi jembatan solusi untuk berbagai masalah di sekolah. Melalui P5, murid belajar tidak hanya teori, tetapi juga mengembangkan karakter, kreativitas, dan kolaborasi untuk menghadapi tantangan nyata. Lebih dari sekadar tampilan, panen karya adalah perayaan perjalanan dan pembelajaran. 

Mencermati Tujuan
Menentukan Tujuan P5


Saat memulai P5, banyak sekolah yang memulai dengan pertanyaan, "Mau angkat tema apa ya di P5 tahun ini?" atau "Produk apa yang akan dihasilkan dalam P5 nanti?".

Padahal sesunguhnya ada yang lebih penting daripada produk ataupun tema, yakni tujuan P5 yang akan dicapai. Sesuai namannya, tujuan P5 adalah mencapai kompetensi dan karakter yang tertuang dalam dimensi. Ini yang sering diabaikan, di banyak sekolah selalu berfokus pada produk atau tema.
 
Sekali lagi, P5 tidak harus menghasilkan produk, kegiatannya tidak harus berbiaya besar, dan tidak harus mengandalkan teknologi. Ukuran keberhasilan P5 bukan terletak kepada kemeriahan acara atau besarnya biaya yang dikeluarkan, tetapi pengembangan karakter yang dirasakan oleh peserta didik. Hal ini yang perlu dicatat dan dijadikan patokan oleh satuan pendidikan atau oleh guru.

Proses atau Aktivitas
Projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) merupakan upaya untuk mendorong tercapainya profil pelajar Pancasila dengan menggunakan paradigma baru melalui pembelajaran berbasis projek. 

Menurut Edutopia, pembelajaran berbasis proyek (project based learning) disingkat PjBL adalah pendekatan kelas yang dinamis di mana peserta didik secara aktif mengeksplorasi masalah dan tantangan dunia nyata untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.


Di dalam pembelajaran berbasis projek kita memang dihadapkan pada kegiatan dan produk dengan tema tertentu. Namun, dalam hal ini yang menjadi fokus utama kita adalah bagaimana proses pembelajarannya bisa bermakna bagi kemajuan belajar peserta didik, bukan produknya. 

Selama ini guru beranggapan pembelajaran menghasilkan produk merupakan pembelajaran berbasis projek ternyata keliru. Bukan produk atau nilai yang menjadi tujuannya tetapi proses pembelajaran yang meningkatkan kompetensi murid. 

Murid terlibat dalam pembelajaran dan mampu mencari, memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan projek yang diberikan dengan pertanyaan pemantik. Karenanya, guru perlu merancang pertanyaan pemantik dan pertanyaan apa yang perlu diketahui terkait topik projek (need to know questions).
 

Perbedaan pembelajaran projek dan pembelajaran berbasis projek

P5 tidak sama dengan projek pembelajaran mata pelajaran. Keduanya jelas memiliki tujuan capaian yang berbeda. Di P5, tujuannya adalah pencapaian dimensi profil pelajar Pancasila, sedangkan projek mata pelajaran tujuannya Capaian Pembelajaran. 

Pembelajaran berbasis projek bukan hanya kegiatan-kegiatan membuat produk atau karya, namun kegiatan yang mendasarkan seluruh rangkaian aktivitasnya pada sebuah persoalan yang kontekstual. Oleh karenanya, pembelajaran berbasis projek biasanya mencakup beragam aktivitas yang tidak bisa dilakukan dalam jangka waktu yang pendek. 

Pelibatan murid secara aktif dalam seluruh tahapan projek (pengenalan tema, kontekstualisasi, aksi nyata, refleksi, kritik, dan revisi) menumbuhkan perasaan kepemilikan pada proses belajar yang dapat mendorong murid menjadi pembelajar aktif.

Asesmen
Asesmen P5 bukan  membandingkan produk murid dan menilai produk tetapi rubrik pencapaian dimensi untuk menyimpulkan pencapaian projek profil. Data diperoleh dari jurnal (guru) dan portofolio (peserta didik). Hasil data yang terkumpul selama proses P5 berlangsung, lalu diolah sebagai gambaran capaian peserta didik secara menyeluruh.

Dengan mencermati tujuan, proses atau aktivitas, dan asesmen dalam P5 dapat meeluruskan mispersepsi P5. Harapannya, P5 memberikan kesempatan kepada murid meningkatkan kompetensi dan karakternya sesuai dengan profil pelajar Pancasila. 

This Is The Newest Post


EmoticonEmoticon