Perubahan iklim telah mengancam kehidupan manusia. Kekhawatiran tentang dampak perubahan iklim saat ini dan di masa depan semakin meningkat. Perubahan iklim merupakan perubahan yang signifikan terhadap iklim dalam rentang waktu puluhan sampai ratusan tahun. Perubahan iklim dapat berdampak secara langsung atau tidak langsung seperti terjadinya cuaca ekstrim, suhu bumi meningkat, timbulnya penyakit dan kesehatan mental.
Adanya perubahan ini tidak hanya mengakibatkan kerusakan pada kondisi fisik namun juga kondisi psikologis manusia. Tidak heran, jika dampak perubahan iklim ini menyebabkan munculnya kecemasan pada generasi muda terkait kondisi masa depan planet bumi yang semakin buruk atau tidak layak, hingga muncul konsep baru, seperti climate anxiety atau eco-anxiety. Apa itu? Climate anxiety merupakan suatu kekhawatiran tentang dampak perubahan ikim, dan telah secara konsisten dibuktikan oleh berbagai penelitian.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hickman dkk., (2021) mengungkapkan bahwa generasi muda lebih rentan terhadap kecemasan iklim. Penelitian yang melibatkan 10 ribu responden dari 10 negara menunjukkan bahwa 59 persen orang muda usia 16 - 25 tahun merasa sangat khawatir dan 85 persen merasa khawatir. Selain itu, sebanyak 45 persen anak muda mengatakan bahwa perubahan iklim berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka dan 75 persen anak muda merasa sangat cemas mengenai masa depan.
Di Indonesia, baru-baru ini ada penelitian terbatas yang dilakukan Siti Jaroah (2023) terhadap 107 responden menunjukkan bahwa orang muda (usia 15 - 29 tahun) menyatakan perasaan khawatir, takut, sedih, marah, panik, dan bingung terkait dengan isu perubahan iklim. Orang muda yang dilibatkan dalam penelitian itu mengaku tidak mengalami dampak psikologis yang lebih serius selain dari emosi negatif yang mereka rasakan.
Penelitian itu juga mengungkapkan bahwa sebagian besar pengetahuan mereka tentang perubahan iklim terbatas hanya terkait dengan perubahan cuaca. Karena, itu banyak responden yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang perubahan iklim dari media sosial sebagai sumber informasi utama untuk menjawab rasa ingin tahu mereka.
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa mereka tidak memperoleh informasi yang akurat dan memadai terkait isu perubahan iklim melalui pendidikan formal di sekolah. Kondisi ini mencerminkan kurangnya upaya pihak sekolah dan pembuat kebijakan untuk mengintegrasikan isu perubahan iklim ke dalam proses pembelajaran.
Setelah mengetahui tingginya tingkat kecemasan iklim di kalangan generasi muda, jelas ada konsekuensi sosial yang signifikan dari perubahan iklim, diantaranya adalah kehilangan motivasi dan inisiatif untuk bertindak bahkan dalam hal sederhana untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Hal ini lebih terasa jika kaum muda merasa respon pemerintah terhadap isu ini belum memadai.
Sebagaimana hasil penelitian dari Hickman (2021) yang menujukkan bahwa lebih dari separuh responden yang menjadi subjek penelitian mereka merasa kecewa dengan pemerintah mereka. Dalam hal ini, Albrecht (2011) mengemukakan keputusasaan dapat memunculkan sikap apatis, sinis, dan acuh tak acuh, yang dikenal sebagai kebuntuan untuk bertindak (eco-paralysis).
Nah, jika kondisi ini terjadi, maka dunia akan kehilangan generasi yang sangat dibutuhkan untuk melanjutkan upaya mengatasi perubahan iklim. Generasi ini diharapkan menjadi aktor dan berperan aktif dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Pasalnya, dampak tersebut akan berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama, bahkan mencapai puluhan tahun, masa ketika bumi tengah dipegang oleh kaum-kaum muda tersebut.
Mulai dari harapan
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh komunitas guru di sekolah untuk membantu anak-anak dan orang muda mengelola kecemasan lingkungan serta - jika memungkinkan - menghindari kebutuan untuk bertindak (eco-paralysis). Dalam konteks ini, penting untuk melai mengubah narasi perubahan ilkim bukan hanya sebagai bencana dan masa depan bumi suram, tetapi juga mempertimbangkan adanya harapan yang berpijak pada fakta atau realitas.
Marlon dkk., (2019) mengusulkan narasi yang mengandung harapan yang konstruktif seperti penyampaian keberhasilan dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah, industri, dan masyarakat umum. Namun, tetap mengakui besarnya kesenjangan yang masih ada antara upaya yang dilakukan dan kerusakan yang terjadi, untuk memastikan keberlanjutan.
Kaum muda dan anak-anak sebenarnya mempunyai rasa ingin tahu dan minat yang tinggi. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan, guru dapat memulai dengan melibatkan siswa dalam mengamati dengan sederhana tentang dampak perubahan iklim di sekitar mereka, dan mendorong mereka untuk memikirkan solusi serta melakukan aksi nyata untuk mengurangi dampaknya.
Berkaitan dengan itu, isu-isu perubahan iklim terkini penting segera diintegrasikan dalam mata pelajaran yang sesuai. Mengacu pada penelitian yang telah disebutkan, ketergantungan kaum muda dan anak-anak pada media sosial untuk memperoleh informasi yang akurat dan relevan dengan kebutuhan mereak terkait perubahan iklim perlu diatur lebih lanjut.
Agama dan lingkungan
Hampir seluruh penduduk dunia menganut agama tertentu. Karena itu, agama dinilai sangat berpengaruh dalam memberi dukungan bagi individu dalam mengatasi emosi dan dan perubahan iklim. Akar dari dampak perubahan iklim yang kita rasakan saat ini sebagiannya disebabkan oleh pandangan religius mengenai manusia yang dianggap memiliki hak untuk menguasai bumi untuk kepentingan dirinya, maka pemecahan masalah ini juga harus melibatkan agama.
Sebagai wujud keterlibatan itu, agama-agama telah aktif menyatakan komitmen mereka mengenai perubahan iklim. Pada 2018, PBB melibatkan komunitas keagamaan dan organisasi yang terkait untuk berpartisipasi secara aktif melalui inisiatif faith for earth. Dalam kolaborasi umat beragama ini dibentuk Dewan Pemuda sebagai salah satu platform bagi gerakan pemuda yang terkait dengan agama atau berada dalam berbagai organisasi keagamaan untuk #BersamaBergerakBerdaya terhadap isu perubahan iklim.
Selanjutnya, pada 2019, Indonesia mengusulkan kolaborasi antar umat beragama untuk pelestarian hutan (faith for forest). Inisiatif kolaborasi antar umat beragama untuk perlindungan hutan hujan di Indonesia merupakan realisasi dari pertemuan Religions for Peace International di Oslo, Norwegia, pada Juni 2018.
Upaya perlindungan hutan menjadi upaya esensiil karena terkait dengan mitigasi perubahan iklim global, mencegah polusi udara dan pengendali pemanasan global, sebagai paru-paru dunia untuk membersihkan dari pencemaran udara, penghasil karbon sink untuk mereduksi gas emisi dimana berbagai jenis tumbuhan mulai dari semak belukar sampai pohon memiliki kemampuan untuk menyerap gas karbondioksia kemudian diubah menjadi gas oksigen yang membuat bumi lebih sejuk.
Indonesia merupakan Negara yang memiliki berbagai keragaman, seperti halnya keberagaman agama dan tradisi Nusantara. Oleh karena itu, kaum muda di Indonesia memiliki sumber belajar yang sangat kaya dan unik. Misalnya, guru-guru agama, dapat mendorong siswa untuk mengambil perannya dalam menjaga lingkungan di sekitar mereka dan menyadarkan bahwa setiap tindakan ramah lingkungan sederhana #UntukmuBumiku, seperti memilah sampah dan menanam pohon, merupakan bagian daripada keimanan.
Guru-guru juga dapat bekerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah untuk melakukan upaya mitigasi bersama berbasis kearifan lokal. Sebagai contohnya, mereka mempelajari tradisi "hoyak tabuik" (prosesi mengguncang patung Tabot) di Pariaman, yaitu adanya penanaman tanaman cemara dan mangrove di pesisir pantai, serta keyakinan akan terlindungi oleh pulau-pulau kecil di sekitar laut Kota Pariaman.
Jika guru-guru di sekolah mampu melakukan hal ini, diharapkan proses pendidikan di sekolah akan mulai menumbuhkan harapan-harapan yang realistis dan konstruktif. Dengan demikian, akan terbentuk #MudaMudiBumi yang memiliki keyakinan bahwa perubahan iklim dapat diatasi secara bersama-sama, berlandaskan pemahaman dan pengetahuan yang mendalam tentang perubahan iklim. Namun, yang tak kalah penting, diharapkan pemerintah memiliki kebijakan pro terhadap keberlanjutan lingkungan dan orang muda.
Yuk share mimpi kamu terhadap penanganan isu perubahan iklim dan perlindungan hutan!
EmoticonEmoticon