"Pendidikan yang tidak membentuk karakter tidak berharga sama sekali"
-Mahatma Gandhi-
Di era Revolusi Industri 4.0 dan era disrupsi, pekerjaan manusia banyak digantikan oleh kecanggihan teknologi. Namun ada beberapa hal yang tidak bisa digantikan dalam dunia pendidikan seperti profesi guru.
Teknologi dapat membantu proses belajar, namun bukan segala-galanya, apalagi sampai mengambil alih peran guru. Kita tak bisa menafikan bahwa hampir sebagian peran guru dapat diambil teknologi. Peran guru yang tidak bisa digantikan teknologi adalah membangun motivasi dan karakter.
Motivasi mempunyai peranan penting dalam proses belajar baik bagi guru maupun murid. Bagi guru motivasi belajar dari murid sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar murid. Sedangkan bagi murid motivasi dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga terdorong untuk belajar.
Anak tak perlu menjadi super pintar, tetapi para guru hanya perlu memotivasi mereka. Harap diingat bahwa motivasi merupakan kunci untuk belajar apapun.
Jika kita mencermati defenisi guru sebagai pendidik dengan tugas utama, yaitu mendidik (dengan teladannya), mengajar (dengan ilmunya), membimbing (dengan hatinya), mengarahkan (dengan ketulusannya), melatih (dengan keterampilannya), menilai (dengan keobyektifannya) dan mengevaluasi (dengan kebijaksanannya), maka kita dapat menyimpulkan bahwa dari ketujuh tugas guru di atas, hanya ada dua yang bersifat keilmuan.
Sementara itu, kelima tugas yang lain berhubungan dengan nilai moral dan karakter, seperti mendidik, membimbing, mengarahkan, menilai, dan mengevalusi.
Lebih jauh lagi, dalam Undang-Undang (UU) Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 BAB II Pasal 6 menjelaskan tujuan guru, yaitu:
"Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab."
Dari tujuan tersebut, tampak jelas bahwa peran guru memang bukan hanya menjadikan muridnya menguasai materi pelajaran, melainkan memiliki nilai moral dan karakter yang menjunjung rasa nasionalisme.
Tujuan ini tak bisa diambil alih begitu saja oleh mesin dan teknologi karena keduanya tidak memiliki kreativitas dan emosi untuk mencapai tujuan pendidikan itu sendiri yaitu memanusiakan manusia. Sosok guru tetap dibutuhkan oleh murid-muridnya mulai dari senyumnya, sapanya, sentuhannya, nasehatnya, tegurannya, bahkan "marahnya" dirindukan oleh mereka.
EmoticonEmoticon