Ilustrasi berpikir kreatif by SecEd |
Di masa pandemi Covid-19, menjadi guru kreatif merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh seorang guru. Lantas, muncul pertanyaan mengapa guru harus kreatif? Pertanyaan ini menarik untuk dibahas sehingga jawabannya memberikan alasan atas pertanyaan "guru harus kreatif".
Acapkali ketika berbicara mengenai kreativitas orang akan berpikir tentang apa yang kita lakukan seperti membuat karya seni (kerajinan tangan), melakukan percobaan sains dan sebagainya padahal kreativitas tidak hanya berbicara mengenai hal itu. James Gallagher mengartikan kreativitas adalah proses mental dimana individu menciptakan ide atau produk baru atau menggabungkan kembali ide dan produk yang sudah ada. Senada dengan itu, Drevdahl mengemukakan bahwa kreativitas adalah kapasitas seseorang untuk menghasilkan komposisi, produk atau ide yang pada dasarnya baru atau baru dan sebelumnya tidak diketahui. Berdasarkan dua defenisi atas dapat dikatakan bahwa kreativitas terkait ide baru dan/atau penggabungan ide yang sudah ada menghasilkan sesuatu yang lebih bagi penggunanya. Sehingga kreativitas tidak hanya berbicara pada apa yang kita lakukan saja tetapi tentang bagaimana kita melakukannya dan menghasilkan produk atau ide baru.
Pada saat seorang guru memikirkan apa yang harus dilakukan, bagaimana ia merancang pembelajaran, asesemen dan pengugasan yang dipilihnya menunjukkan bahwa guru tersebut berada dalam tahap berpikir proses. Graham Wallas mengemukakan ada 4 tahapan proses berpikir kreatif yaitu:
- tahap persiapan;
- tahap inkubasi;
- tahap iluminati; dan
- tahap verifikasi
Berdasarkan tahapan berpikir kreatif di atas maka untuk menjadi guru yang kreatif memerlukan proses. Guru perlu membiasakan diri berpikir kreatif, mengembangkan kreativitasnya, atau menunjukkan bahwa dirinya peduli dengan kreativitas. Di kelas, guru menggunakan strategi,model, dan metode pengajaran kreatif sesering mungkin. Guru bisa mulai melakukan dari hal yang paling dikuasainya.
Sebagai penutup, saya ingin mengemukakan alasan mengapa guru harus kreatif.Paling tidak ada sedikitnya tiga alasan. Pertama, lahirnya generasi A alias Generasi Alpha. Generasi Alpha, apa itu? Tahun kelahirannya dimulai dari 2010, lebih akrab dengan teknologi, bpisa disebut lekat dengan internet, khususnya Youtube, TV streaming, dan bermain games. Sehingga dengan melakukan pengajaran yang kreatif dengan teknologi sangat memungkinkan siswa untuk belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Kedua, kompleksitas masalah dalam kehidupuan. Seperti kita ketahui bersama masalah perceraian orangtua, masalah ekonomi keluarga, dan kesalahan pola asuh sangat berdampak pada emosi dan keterampilan sosial peserta didik. Anak merasa kesulitan untuk berdaptasi dengan lingkungannya sehingga konsentrasi belajarnya juga terganggu. Kondisi inilah yang mengharuskan guru harus kreatif dalam pembelajaran karena untuk menghadapi kompleksitas masalah kehidupan dibutuhkan kemampuan berpikir kreatif untuk dapat menyelesaikan masalah, mencari solusi alternatif untuk keluar dari masalah.
Ketiga, guru harus kreatif karena kita tidak dapat memprediksi apa yang terjadi di masa depan. Perkembangan teknologi yang begitu pesat seperti salah satunya kecerdasan buatan dan penjelajahan ruang angkasa. Penemuan di bidang teknologi yang hebat pastilah dihasilkan oleh orang yang kreatif. Orang yang pernah bertemu dengan guru kretaif dalam pembelajaran sehingga kemampuan berpikir kreatifnya sudah terbentuk.
Melalui postingan ini paling tidak memberikan jawaban dari pertanyaan mengapa guru harus kreatif. Guru mau berposes menjadi kreatif, melaksanakan pembelajaran kreatif dan mengispirasi muridnya menjadi kreatif.
EmoticonEmoticon