Komunikasi guru dan murid |
Membicarakan tentang dunia guru dan murid sama halnya kita bicara tentang cinta. Keduanya tidak akan akan habis untuk dikupas. Dunia guru dan murid merupakan dunia yang sangat kompleks untuk dibahas begitu pula dengan cinta. Sebagai tanda cinta guru kepada murid maka lahirlah berbagai cara dan terobosan untuk membentuk murid-murid yang cerdas dan berkarakter. Salah satunya adalah cara berkomunikasi dengan murid.
Seorang guru dituntut untuk membangun komunikasi positif dengan murid terlebih di masa pandemi seperti sekarang ini. Kemampuan seorang guru dalam membangun komunikasi yang baik dengan murid merupakan salah satu faktor pendukung keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Mari kita bayangkan, jika Bapak, Ibu mampu mencontohkan komunikasi yang jernih dengan murid, terlebih pada suasana genting (emosional). Ya, tentu saja kondisi pembelajaran akan terasa sangat kondusif, menyenangkan, dan menggairahkan.
Bapak, Ibu dapat membangun komunikasi yang jernih dengan murid terlebih pada situasi pandemi ini dengan OTFD. Bapak, Ibu pasti bertanya-tanya OTFD adalah singkatan dari apa? Untuk menjawabnya mari simak penjelasan tentang OTFD ini.
Open = Observation (Observasi)
Katakanlah apa yang terjadi dengan cara yang aobjektif, teramati, lugas, agar kedua pihak memulai pada titik yang sama. Sebagai contoh, "Bapak melihat kamu terlambat mengumpulkan tugas menulis refleksi selama seminggu." Perhatikan ini adalah pernyataan fakta, bukan penilaian atau kesimpulan, hanya data.
The = Thought (Pikiran)
Berikutnya, nyatakan pikiran atau pendapat menggunakan pernyataan "saya". Misal, "Barangkali Bapak yang tidak jelas menyampaikan batas waktu atau mungkin ada yang menghambat kamu mengumpulkan tugas tepat waktu."
Front = Feeeling (Perasaan)
Ceritakan perasaan Bapak, Ibu, juga dalam bentuk "saya". Misalnya, "Ketika Bapak mengetahui kamu belum mengumpulkan tuas, Bapak merasa kecewa dan sedih."
Door = Desire (Keinginan)
Nyatakan tujuan, atau hasil yang Bapak, Ibu inginkan. Contohnya, "Bapak ingin kamu mendapat nilai sempurna. Kamu harus mengumpulkan tugas tepat waktu, setiap kali. Bisakah kita membuat rencana yang dapat membantu kamu melakukan hal ini?"
Usahakanlah Bapak, Ibu menggunakan keempat tahapa ini secara berurutan. Apa yang akan terjadi jika tahapan ini tidak digunakan berurutan? Kita bisa menyimak hasilnya melalui ilustrasi berikut ini. Kita mulai dengan perasaan, "Bapak marah." Murid langsung menjadi defensif, mungkin bahkan tidak tahu mengapa kita marah. Kita mulai dengan pikiran atau pendapat, "Menurut Bapak, kamu tidak bertanggung jawab."Murid masih menjadi defensif, merasa kita berhak memvonis mereka semacam itu, bukannya memikirkan hal yang membuat kita berpikir demikian.
Kita mulai dengan keinginan, "Bapak ingin kamu memperbaiki sikap, kalau tidak keluar saja dari kelas." Sekali lagi, murid menjadi defensif, mencari-cari jawaban yang menyakitkan kepada kita bukannya memikirkan masalahnya.
Dengan memulai dari tahap obersvasi, komunikasi membawa kedua pihak pada titk awal yang sama, mendengarkan dengan pikiran terbuka. Bapak, Ibu dapat mengatasi banyak kesalahpahaman langsung pada langkah pertama. Jika belum maka bisa menggunakan semua tahapan di atas secara berurutan., Dengan membiasakan diri untuk menyusun pikiran kita ke dalam urutan ini, kita juga melambat sehingga dapat memilih kata-kata yang lebih tenang dan mudah diterima. Tahapan tersebut juga bisa digunakan untuk memuji murid, murid bisa langsung mengejawantahkan kaitan antara pujian dengan perilaku sehingga mereka mudah mengulang perilaku tersebut di masa depan. Mari kita perhatikan contoh berikut.
"Ketika Bapak melihat (O) kamu bisa mengubah data ke dalam bentuk grafik, menurut Bapak (T) pembaca akan mudah memahami apa hasil pengamatanmu. Bapak menyukai (F) hasil pengamatan kamu yang deskriptif dan tak sabar membaca lagi hasil pengamatan kamu yang seperti ini (D)!"
EmoticonEmoticon