Ilustrasi Bu Muslimah (layar.id) |
Kalau baca novel Laskar Pelangi atau menonton filmya, pasti kenal dengan Bu Muslimah. Dialah Ibu Guru yang begitu diagungkan oleh Andrea Hirata, penulis novel Laskar Pelangi. Iya, karena Bu Muslimah adalah seorang guru yang patut dikagumi dan dikenang karena kebaikannya. Karena cara mengajarnya. Karena pribadinya patut diteladani. Karena dia begitu mencintai murid-muridnya. Dan akhirnya, murid-muridnya begitu begitu mencintai dia.
Pada prinsipnya, seorang guru bukanlah hanya bisa mentransfer pengetahuan yang dimilikinya saja. Mengajar di depan kelas, ketika bel pulang sekolah berbunyi dia sudah melupakan para muridnya. Seorang guru, bukanlah hanya memberikan PR yang bertumpuk kepada para murid, supaya para murid mengulang apa dia ajarkan. Seorang guru yang baik, bukanlah apabila muridnya mendapatkan nilai tinggi untuk mata pelajaran yang diampunya.
Memahami Muridnya
Guru harus menyadari bahwa murid adalah anak yang ingin tumbuh berkembang, mereka butuh diarahkan potensinya, oleh karena itu guru haru memahami karakter peserta didiknya, apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka inginkan agar cita-cita mimpi mereka dapat tercapai.
Guru baik Vs Guru yang Galak
Di sebuah sekolah, para murid memberi label 'guru baik' dan 'guru yang galak'. Guru baik adalah guru yang disenangi. Sementara itu, guru yang galak dan menakutkan adalah guru yang senang menghukum murid kendali kesalahan "kecil".
Murid yang ketahuan ngantuk atau nguap di kelas karena sudah siang, perut lapar dan pelajaran tak menarik, langsung dilempar dengan penghapus atau sanksi lainnya.
Relasi murid dan guru yang galak didasarkan pada rasa takut. Kalau guru yang galak memberi perintah,para murid pasti berusaha mati-matian karena takut dimarahi.
Dari pada tangan kanannya melayang, lebih baik perintahnya dituruti saja. Guru yang galak dan menakutkan selalu dihindari siswa.
Guru yang disenangi selalu dicari dan perintahnya ditaati dengan sepenuh hati. Pokoknya bersamanya, serasa adem, nyaman dan penuh kasih sayang.
Tidak Pilih Kasih (Tidak Diskriminatif)
Para murid berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Ada anak dari seorang pejabat, ada anak seorang penggembala, ada anak dari petani dan berbagai latar yang lain. Ada murid yang cepat berpikirnya, ada pula yang sudah dijelaskan berulang kali tak paham-paham juga. Semua berbeda-beda kemampuannya.
Menyikapi hal ini, kebijaksanaan seorang guru sangatlah dibutuhkan. Tak boleh membeda-bedakan pelayanan antara si miskin dan si kaya. Ia harus sama rata dalam mengajar.
Mengajar juga harus penuh kesabaran. Saat ada muridnya yang begitu melelahkannya,ia tetap tak boleh merendahkan harga diri muridnya tersebut, ia juga tak boleh meruntuhkan semangat belajarnya.
Guru yang memahami muridnya, guru baik, tak pilih kasih akan dikagumi dan terus dikenang muridnya sampai kapanpun juga. Karena kesuksesan murid tergantung guru. Begitu pula murid yang baik tidak akan pernah melupakan jasa gurunya dalam mendidik dirinya.
Masih ingatkah kita siapa guru yang telah membuat anda sukses hari ini? Bagaimana nasibnya kini? Sudahkah kita mengucapkan terima kasih?
2 comments
👍👍👍
👉👍👍👍🥰
EmoticonEmoticon