Mantan Mendikbud Daud Yusuf pernah mengatakan: di dunia ini hanya ada dua profesi yaitu guru dan bukan guru. Profesi dan lain-lain (bukan guru) itu ada, karena ada guru.
Guru merupakan suatu pekerjaan mulia. Apabila ada guru melakukan tugasnya secara ikhlas dan berdasarkan suara hatinya, maka mereka sudah memiliki "tiket masuk surga". Apabila guru dalam mendidik muridnya dilandasi dengn kasih sayang, maka mereka juga akan mendapat tambahan bonus dicintai oleh muridnya.
Dengan demikian, guru yang baik akan memperoleh tiga "gaji" sekaligus yaitu "gaji" ekonomis (uang),"gaji" teologis (amal ibadah), dan "gaji" sosial (kesan dan ingatan yang baik dari para muridnya, paling tidak didoakan).
Sejarah bangsa Jepang memberikan kita pelajaran berharga terkait profesi guru. Ketika kota Hiroshima dan nagasaki dijatuhi bom atom oleh tentara sekutu pada bulan Agustus 1945, yang menewaskan ratusan ribu penduduk kedua kota itu, pertanyaan yang dilontar Kaisar Hirohito bukanlah berapa tentara yang masih hidup. Tetapi, berapa jumlah guru yang tersisa dan dapat diperankan membangun peradabannya.
Fenomena historis ini menunjukkan bahwa guru memiliki status dan peran yang sangat terhormat dalam suatu bangsa.
Di sisi yang lain, menunjukkan cara berpikir seorang pemimpin bangsa harus jauh ke depan dengan meletakkan peran penting aspek pendidikan, sekaligus menjadikan guru sebagai ujung tombaknya. Sebagaimana dikatakan oleh Lyndon B Johnson Presiden Amerika Serikat periode 1963 - 1969 bahwa: "all the problem can be solved with one word is education".
Guru: Pendidik atau Profesi
Mengacu pada UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa "Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada satuan pendidikan tertentu". Perubahan status sebagai profesi (semoga bukan penggantian istilah pendidik) jelas membawa implikasi secara ekonomis.
Sebab, profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandaikan suatu keahlian. Oleh karena itu, seorang guru yang profesional akan memperoleh pendapatan yang lebih jika dibanding dengan guru yang tidak profesional.
Meningkatnya keuntungan ekonomis sebagai profesi guru, keinginan masyarakat untuk menjadi guru tampak semakin besar. Bahkan, guru yang ada juga bertambah semangat mengejar tunjangan profesi guru, walau secara kualitatif tidak disertai dengan tanggung jawab profesinya.
Guru sebagai Aktor Sosial
Karakter guru berbeda dengan profesi lainnya, sepeprti pedagang, teknisi, mauppun militer. Guru dalam arti pendidik berbeda dengan tutor, pelatih (trainer). Meskipun, profesi guru sebagai pendidik membutuhkan pendidikan dan pelatihan tetapi profesi pendidik tidak hanya berkaitan dengan hard skill, tetapi lebih banyak berkaitan dengan soft skill (karakter).
EmoticonEmoticon