Photo by kumparan.com |
Pengetahuan guru tentang teori belajar dan model pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Teori belajar adalah pandangan yang amat mendasar, sistematis dan menyeluruh tentang proses bagaimana manusia belajar, khususnya anak didik. Teori belajar akan menentukan bagaimana proses pembelajaran itu terjadi. Menguasai beberapa teori belajar akan memperkaya metode yang dipakai guru sehingga memudahkan guru membentuk beberapa variasi pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Beberapa teori belajar yang harus diketahui antara lain:
1. Teori Behavioristik
Teori behavioristik merupakan teori belajar yang lebih menekankan pada perubahan tingkah laku serta sebagai akibat dari interaksi stimulus dan respon.
Teori behavioristik memandang bahwa belajar adalah mengubah tingkah laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan tugas-tugas guru mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan mendekati tujuan yang diinginkan, dan guru pemberi hadiah siswa yang telah mampu memperlihatkan perubahan bermakna sedangkan hukuman diberikan kepada siswa yang tidak mampu memperlihatkan perubahan bermakna.
Berikut ini teori-teori belajar yang termasuk dalam kelompok behaviorisme yaitu koneksionisme, clasical conditioning, dan operant conditioning.
Thorndike menghasilkan belajar connectionism karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Thorndike mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu:
a. Law of readines, belajar akan berhasil apabila peserta didik memliki kesiapan untuk melakukan kegiatan tersebut karena individu yang siap untuk merespon serta merespon akan mengahsilkan respon yang memuaskan.
b. Law of exersice, belajar akan berhasil apabila banyak latihan serta selalu mengulang apa yang telah didapat.
c. Law of effect, belajar akan menjadi bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Pengkondisian (conditioning) merupakan perkembangan lanjutan dari koneksionisme. Classic condtioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang dikemukakan oleh Pavlov. Pengkondisian itu adalah melakukan semacam pancingan dengan sesuatu yang dapat menumbuhkan tingkah laku.
Penguatan (reinforcement) merupakan pengembangan lebih lanjut dari teori pengkondisian. Jika pada teori pengkondisian (conditioning) yang diberi kondisi adalah perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan (reinforcement) yang dikondisikan atau diperkuat adalah responnya.
Operant conditioning, tokoh utamannya adalah Skinner. Operant conditioning adalah suatu proses perilaku operang (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau mengphilang sesuai dengan keinginan.
Menurut Skinner, untuk memperkuat perilaku atau menegaskan perilaku diperlukan suatu penguatan (reinforcement). Ada dua jenis penguatan, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Sedangkan bentuk pengupatan negatif adalah antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, atau menunjukkan perilaku tidak senang.
2. Teori Kognitif
Istilah kognitif berasall dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Teori kognitif adalah teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar. Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri.
Berikut ini tokoh-tokoh teori kognitivisme
a. Jean Piaget, teorinya disebut Cognitive Developmental
Piaget adalah ahli psikolog developmental karena penelitiannya mengenai tahap-tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur yang mempengarpuhi kemampuan belajar individu. Jean Piaget mengklasifikasikan perkembangan kognitif anak menjadi empat tahap:
- Tahap sensory-motor, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 0 - 2 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan kegiatan motorik dan persepsi yang masih sederhana.
- Tahap pre-operational, yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi paa usai 2 - 7 tahun. Tahap ini diidentikkan dengan mulai digunakannya simbol atau bahasa tanda.
- Tahap concrete-operational, yang terjadi pada usia 7 - 11 tahun. Tahap ini dicirikan dengan anak sudah menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis.
- Tahap formal-operation yakni perkembangan ranah kognitif yang terjadi pada usia 11 - 15 tahun. Ciri pokok tahap ini adalah anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir "kemungkinan".
Berbeda dengan Piaget, Bruner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Bagi Bruner perkembangan kognitif sangat dipengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan.
Penerapan toeri Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materipelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif mereka.
Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (discovery learning).
c. Teori Kognitif Ausubel
Ausubel memandang bahwa proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimiikinya dengan pengetahuan baru yang dimana proses belajar melalui tahap-tahap:
1) Memperhatikan stimulus yang diberikan
2) Memahami makna stimulpus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami.
Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefenisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advanced organizer) dengan demikian akan mempengaruhi kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yangakan dipelajari siswa.
3. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut paham konstruktivisme pengetahuan merupakan konstruksi (bentukan) dari orang yang mengenal sesuatu (schemata). Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai schemata sendiri tentang apa yang diketahuinya.
Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif dimana terjadi asimilasi untuk mencapai suatu keseimbangan sehingga terbentuk suatu schemata yang baru.
Yang terpenting dalam proses pembelajaran konstruktivisme ini adalah siswa yang harus aktif mengembangkan pengetahuan. Penekanan belajar siswa secara aktif perlu dikembangkan.
4. Teori Belajar Humanistik
Selain teori belajar behavioristik dan teori belajar kognitif, sebuah teori belajar humanistik juga sangat penting untuk dimengerti.
Berdasarkan tepori belajar humanistik tujuan belajar humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan seorang manusia. Kegiatan belajar dianggap berhasil apabila si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya. Murid dalam proses harus berusaha agar secara perlahan dia mampu mencapai aktualisasi diri dengan baik.
Tujuan utama pendidik adalah membantu murid untuk mengembangkan diri sendiri dengan cara membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia dan membantu dalam mewujudkan semua potensi yang ada dalam diri.
Guru yang baik menurut teori humanistik adalah guru yang memilki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar, ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikan perubahan.
Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa dengan komentar yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
EmoticonEmoticon