Calistung nyatanya merupakan singkatan dari membaca (Ca), menulis (lis), dan berhtung (tung). Dari akhir ktiga kata tersebut menjadi kata baru yakni CALISTUNG.
Ilustrasi Anak TK via gurusd.id |
Calistung dapat didefenisikan sebagai sesuatu pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung permulaan melalui kegiatan bermain untuk menguarkan pikiran, perasaan, dan kehendak anak didik melalui tulisan serta ucapan yang baik.
Meskipun seleksi peserta didik baru kelas 1 (satu) SD tidak boleh lagi dilakukan berdasarkan kemampuan Calistung. Persoalan Calistung masih menjadi fenomena tersendiri yang serba dilematis.
Tidak sedikit dari orang tua yang memiliki anak usia pra sekolah yang merasa khawatir anak-anaknya tidak mampu mengikuti pelajaran sekolahnya nanti jika sedari awal tidak dibekali dengan keterampilan Calistung. Hal tersebut membuat para orang tua sedikit memaksa anaknya untuk belajar Calistung.
Menurut penelitian, Calistung memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif anak-anak menguasai keterampilan baca tulis hitung lebih dini atau cepat, sehingga lebih mudah menyesuaikan pada saat mengikuti proses pembelajaran di sekolah masing-masing.
Sementara itu, dampak negatif pembelajaran Calistung yang tidak mempertimbangkan kondisi psikis anak usia dini akan berdampak secara psikis, misalnya
- anak mengalami kejenuhan atau bosan dalam belajar
- masa bermain merasa berkurang dengan padatnya jadwal belajar mereka secara formal.
Pada pembelajaran Calistung yang tidak menggunakan metode untuk anak usia dini, cenderung menghilangkan konteks belajar pada anak usia dini.
Kedua dampak negatif dari pembelajaran Calistung di atas memiliki kemiripan dengan defenisi dari stress akademik. Stres akademik merupakan keadaan atau kondisi berupa gangguan fisik, mental, ataupun emosional yang disebabkan ketidaksesuaian antara tuntutan lingkungan dengan kemampuan yang dimiliki pembelajar.
Apabila pembelajaran Calistung diterapkan secara terburu-buru dan tidak sesuai dengan konteks belajar anak usia dini maka akan berujung pemberontakan, mengalami kejenuhan dan kebosanan belajar, kurangnya kesiapan anak untuk mengikuti kegiatan di jenjang Sekolah Dasar (SD) yang berdampak pada gangguan berkomunikasi, gangguan pengendalian emosi, stress, depresi dan gangguan perilaku lainnya pada masa usia remaja hingga dewasa.
Berdasarkan hal tersebut sebaiknya Calistung jangan dipaksakan diajarkan kepada anak TK, tetapi hanya pengenalan huruf, angka, dengan konsep yang sederhana, dan secara bertahap.
Apa yang harus dilakukan?
Pembelajaran Calistung harus dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak. Oleh karena itu, pendidikan di TK tidak diperkenankan mengajarkan materi Calistung secara langsung sebagai pembelajaran sendiri-sendiri (fragmented) kepada anak-anak.
Pendekatan bermain sebagai salah satu prisip pembelajaran anak usia dini itulah yang juga harus digunakan dalam pembelajaran Calistung di TK. Melalui pendekatan bermain, anak-anak dapat mengembangkan aspek psikis dan fisik yang terdiri dari nilai agama dan moral, sosem, kognitif, bahasa, fisik/motorik, kemandirian, dan seni.
EmoticonEmoticon