Sunday, October 27, 2024

10 Istilah Dalam Pendidikan Perubahan Iklim yang Harus Dipahami Guru

Panduan Pendidikan Perubahan Iklim

Pendidikan perubahan iklim merupakan salah isu prioritas dalam Kurikulum Merdeka ataupun Kurikulum Nasional. Hal ini menjadikan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum yang responsif perubahan iklim untuk mempersiapkan generasi berketahanan terhadap dampak krisis iklim.

Pemerintah telah merilis Panduan Pendidikan Perubahan Iklim dalam giat yang bertajuk "Bergerak Bersama untuk Pendidikan Perubahan Iklim dalam Kurikulum Merdeka" pada Selasa, 27 Agustus 2024. Panduan Pendidikan Perubahan Iklim dapat diakses dan dipelajari lebih lanjut melalui tautan berikut kurikulum.kemdikbud.go.id

Menurut Panduan Pendidikan Perubahan Iklim, pendidikan perubahan iklim adalah salah satu isu prioritas dalam kurikulum yang bertujuan mengembangkan kompetensi peserta didik dalam menghadapi krisis iklim. 

Pendidikan perubahan iklim kini menjadi bagian dari kurikulum nasional di Indonesia, diterapkan melalui kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler.


Ada berbagai macam istilah-istilah penting dalam pendidikan perubahan iklim. Jika tidak dipahami artinya, Bapak dan Ibu guru mungkin akan kesulitan saat memasukkannya dalam proses pembelajaran. 

Maka dari itu, sebaiknya pahami istilah-istilah dalam pendidikan perubahan iklim. Apa saja istilah baru yang akan sering digunakan dalam pendidikan perubahan iklim ini dan apa artinya? Berikut penjelasannya. 

Perubahan iklim
Perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca bumi, dapat terjadi secara alami misalnya akibat letusan gunung berapi dan aktivitas matahari maupun aktivitas manusia. Saat ini perubahan iklim terbukti telah menimbulkan dampak risiko dan bahaya yang mengancam keberlanjutan kehidupan tidak hanya manusia tetapi semua mahluk di Bumi, sehingga para ilmuwan sepakat untuk menyebutnya sebagai "krisis iklim". 

Krisis iklim
Perubahan iklim yang telah berada pada tingkatan ekstrem sehingga dapat mengancam keberlanjutan kehidupan semua mahluk di bumi. Frasa "krisis iklim" dipakai oleh ilmuwan dan pegiat lingkungan untuk menggambarkan situasi sangat genting akibat perubahan iklim yang mengancam keberlanjutan kehidupan semua mahluk di bumi. 

Antropogenik
Peristiwa yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Sederhananya, penyebab krisis iklim adalah manusia. Aktivitas menusia menghasilkan gas rumah kaca yang menjadi penyebab paling utam pemanasan global sehingga terjadinya krisis iklim. 

Pemanasan global
Meningkatnya suhu permukaan bumi akibat akumulasi gas rumah kaca di atmosfer. Pemanasan global banyak disebabkan oleh aktivitas manusia terutama dari kegiatan pembakaran menggunakan bahan bakar fosil seperti kegiatan produksi di pabrik, penggunaan alat transportasi, dan lainnya. 

Gas Rumah Kaca (GRK)
Sekelompok gas yang memiliki kemampuan menyerap energi panas cahaya matahari, termasuk diantaranya karbondioksida, metana dan dinitrrogen oksida. Akumulasi gas-gas tersebut menciptakan lapisan tebal yang menangkap radiasi panas sehingga menyebabkan peningkatan suhu global dan berdampak bagi bumi.

Efek rumah kaca
Proses terperangkapnya panas matahari di dekat permukaan oleh zat-zat yang dikenal sebagai gas rumah kaca. Keberadaan efek tersebut membuat suhu di bumi tetap optimal untuk kehidupan dan tempat tinggal berbagai mahluk hidup. Namun, efek rumah kaca yang tidak terkendali akibat peningkatan gas rumah kaca dan emisi karbon dioksida menimbulkan dampak negatif.  

Adaptasi perubahan iklim 
Berbagai usaha untuk melindungi diri atau menyesuaikan diri terhadap dampak perubahan iklim, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi di masa depan.

Mitigasi perubahan iklim
Segala bentuk tindakan untuk memperlambat laju perubahan iklim, umumnya terdiri: (1) usaha mengurangi emisi gas rumah kaca, dan (2) usaha menyerap gas rumah kaca dari atmosfer bumi.

Rendah karbon
Aktivitas manusia yang dipilih atau dirancang sedemikian rupa agar tidak mengahasilkan gas rumah kaca atau menghasilkan sesedikit mungkin gas rumah kaca. Sebagai contoh: "gaya hidup rendah karbon", "pembangunan rendah karbon", dan lain-lain.

Bencana hidrometorologi
Hidro = air, metereologi = cuaca. Peristiwa terkait air dan cuaca yang menimbulkan kerugian atau korban.  

Itulah beberapa istilah dalam pendidikan perubahan iklim yang akan sering Bapak dan Ibu guru temui dan gunakan saat memasukkan isu perubahan iklim dalam proses pembelajaran. Semoga bermanfaat. 

Tuesday, October 15, 2024

P5 Jangan Ngasal

Projek penguatan profil pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka

Sejak Kurikulum Merdeka diluncurkan, kita sering mendengar tentang P5 yakni projek penguatan profil pelajar Pancasila. Meskipun sudah berjalan beberapa tahun akan tetapi di lapangan tidak sedikit yang mispersepsi terkait implementasinya. Beberapa praktik yang terjadi, seperti P5  harus menghasilkan sebuah produk dalam bentuk barang untuk dipamerkan dan jenis produk sudah ditentukan.
 
Tidak mengherankan jika kemudian demi terlihatnya P5 di sekolah, guru-gurunya yang kemudian sibuk merancang kegiatan, menginstruksikan murid untuk melakukan ini itu, atau bahkan guru-gurunya yang sibuk mengerjakan projek dibantu oleh muridnya, lalu setelah projek selesai, lenyap pula karakter yang menjadi esensi dimensi profil pelajar Pancasila.

Padahal P5 itu bukan sekadar produk dan selebrasi panen hasil belajar. P5 merupakan penguatan karakter murid. Produk atau aksi yang dihasilkan berasal dari karakter-karakter baik yang berhasil tertanam dan dikembangkan oleh anak melalui pelaksanaan P5. Apa gunanya punya produk atau aksi tetapi karakter tidak berhasil tertanam dan dikembangkan oleh murid? Apa gunanya selebrasi jika karakter baik tidak berhasil ditanamkan di kehidupan mereka sehari-hari?


P5 seharusnya menjadi jembatan solusi untuk berbagai masalah di sekolah. Melalui P5, murid belajar tidak hanya teori, tetapi juga mengembangkan karakter, kreativitas, dan kolaborasi untuk menghadapi tantangan nyata. Lebih dari sekadar tampilan, panen karya adalah perayaan perjalanan dan pembelajaran. 

Mencermati Tujuan
Menentukan Tujuan P5


Saat memulai P5, banyak sekolah yang memulai dengan pertanyaan, "Mau angkat tema apa ya di P5 tahun ini?" atau "Produk apa yang akan dihasilkan dalam P5 nanti?".

Padahal sesunguhnya ada yang lebih penting daripada produk ataupun tema, yakni tujuan P5 yang akan dicapai. Sesuai namannya, tujuan P5 adalah mencapai kompetensi dan karakter yang tertuang dalam dimensi. Ini yang sering diabaikan, di banyak sekolah selalu berfokus pada produk atau tema.
 
Sekali lagi, P5 tidak harus menghasilkan produk, kegiatannya tidak harus berbiaya besar, dan tidak harus mengandalkan teknologi. Ukuran keberhasilan P5 bukan terletak kepada kemeriahan acara atau besarnya biaya yang dikeluarkan, tetapi pengembangan karakter yang dirasakan oleh peserta didik. Hal ini yang perlu dicatat dan dijadikan patokan oleh satuan pendidikan atau oleh guru.

Proses atau Aktivitas
Projek penguatan profil pelajar Pancasila (P5) merupakan upaya untuk mendorong tercapainya profil pelajar Pancasila dengan menggunakan paradigma baru melalui pembelajaran berbasis projek. 

Menurut Edutopia, pembelajaran berbasis proyek (project based learning) disingkat PjBL adalah pendekatan kelas yang dinamis di mana peserta didik secara aktif mengeksplorasi masalah dan tantangan dunia nyata untuk memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.


Di dalam pembelajaran berbasis projek kita memang dihadapkan pada kegiatan dan produk dengan tema tertentu. Namun, dalam hal ini yang menjadi fokus utama kita adalah bagaimana proses pembelajarannya bisa bermakna bagi kemajuan belajar peserta didik, bukan produknya. 

Selama ini guru beranggapan pembelajaran menghasilkan produk merupakan pembelajaran berbasis projek ternyata keliru. Bukan produk atau nilai yang menjadi tujuannya tetapi proses pembelajaran yang meningkatkan kompetensi murid. 

Murid terlibat dalam pembelajaran dan mampu mencari, memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan projek yang diberikan dengan pertanyaan pemantik. Karenanya, guru perlu merancang pertanyaan pemantik dan pertanyaan apa yang perlu diketahui terkait topik projek (need to know questions).
 

Perbedaan pembelajaran projek dan pembelajaran berbasis projek

P5 tidak sama dengan projek pembelajaran mata pelajaran. Keduanya jelas memiliki tujuan capaian yang berbeda. Di P5, tujuannya adalah pencapaian dimensi profil pelajar Pancasila, sedangkan projek mata pelajaran tujuannya Capaian Pembelajaran. 

Pembelajaran berbasis projek bukan hanya kegiatan-kegiatan membuat produk atau karya, namun kegiatan yang mendasarkan seluruh rangkaian aktivitasnya pada sebuah persoalan yang kontekstual. Oleh karenanya, pembelajaran berbasis projek biasanya mencakup beragam aktivitas yang tidak bisa dilakukan dalam jangka waktu yang pendek. 

Pelibatan murid secara aktif dalam seluruh tahapan projek (pengenalan tema, kontekstualisasi, aksi nyata, refleksi, kritik, dan revisi) menumbuhkan perasaan kepemilikan pada proses belajar yang dapat mendorong murid menjadi pembelajar aktif.

Asesmen
Asesmen P5 bukan  membandingkan produk murid dan menilai produk tetapi rubrik pencapaian dimensi untuk menyimpulkan pencapaian projek profil. Data diperoleh dari jurnal (guru) dan portofolio (peserta didik). Hasil data yang terkumpul selama proses P5 berlangsung, lalu diolah sebagai gambaran capaian peserta didik secara menyeluruh.

Dengan mencermati tujuan, proses atau aktivitas, dan asesmen dalam P5 dapat meeluruskan mispersepsi P5. Harapannya, P5 memberikan kesempatan kepada murid meningkatkan kompetensi dan karakternya sesuai dengan profil pelajar Pancasila. 

Monday, June 24, 2024

Surat Terbuka untuk Mas Menteri: Sebuah Apresiasi atas Kurikulum Peduli Lingkungan


Mas Menteri yang saya hormati, 

Saya menulis surat terbuka ini sebagai ucapan terima kasih atas inisiatif Mas Menteri menjadikan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum peduli lingkungan. Kurikulum yang responsif perubahan iklim. Itu sebuah kebijakan yang sangat besar artinya bagi anak-anak dan generasi muda untuk siap menghadapi dan mampu beradaptasi dengan kondisi bumi. 

Memasukkan tema lingkungan dan perubahan iklim ke dalam kurikulum sekolah seperti integrasi pendidikan perubahan iklim dalam Kurikulum Merdeka adalah program yang brilian. Terkait dengan itu, Mas Menteri sudah menjawab keinginan masyarakat Indonesia tentang urgensi iklim pada kebijakan dan kurikulum. 

Hal ini sejalan dengan survei jaringan pembangunan global PBB (UNDP) yang menemukan bahwa lebih dari separuh atau 54 persen masyarakat Indonesia menyerukan sekolah untuk memberi lebih banyak materi tentang perubahan iklim.

Saya yakin, Mas Menteri berkomitmen memperkuat pendidikan perubahan iklim. Hal ini tampak jelas dalam salah satu tujuan kebijakan Kurikulum Merdeka, yaitu membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang sadar perubahan iklim. 

Dan perubahan iklim ditetapkan sebagai salah satu isu prioritas yang diterapkan lintas mata pelajaran melalui (1) intrakurikuler, mengintegrasikan ke dalam capaian pembelajaran mata pelajaran dan  contoh modul ajar mata pelajaran yang dapat dikontekskan dengan isu perubahan iklim, misalnya program nol sampah dan keanekaragaman hayati; (2) kokurikuler, mengintegrasikan dengan tema projek penguatan profil pelajar Pancasila seperti Gaya Hidup Berkelanjutan; (3) ekstrakurikuler, memasukkan perubahan iklim dalam aktivitas ekstrakurikuler; dan (4) budaya sekolah, mengintegrasikan dalam budaya sekolah (kebiasaan dan kebijakan di tingkat sekolah). 

Mas Menteri, secara khusus saya ingin menyampaikan tentang pentingnya ekstrakurikuler lingkungan hidup bernama Bank Sampah Sekolah. Bank Sampah Sekolah adalah fasilitas untuk mengelola sampah dengan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) sebagai sarana edukasi, perubahan perilaku, dan ekonomi sirkular yang dibentuk dan dikelola oleh warga sekolah. 

Prinsip kerja Bank Sampah Sekolah adalah mengumpulkan sampah yang dapat didaur ulang dan terpilah dari warga sekolah serta memiliki manajemen layaknya bank konvensional tetapi yang ditabung bukan uang melainkan sampah

Baru-baru ini, Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) meluncurkan pedoman menghijaukan sekolah dan kurikulum hijau yang memuat pentingnya fasilitas dan program pengelolaan sampah dan sampah elektronik (e-waste) di sekolah meliputi pemilahan sampah dan edukasi. Pengelolaan sampah elektronik ini masih sangat jarang dilakukan di sekolah-sekolah di Indonesia baik dalam bentuk edukasi e-waste maupun pengumpulan sampah elektronik (e-waste collection).

Saya berharap sekali, Mas Menteri, ada regulasi dan panduan yang dikeluarkan oleh Kemendikbudristek terkait ekstrakurikuler lingkungan hidup, Bank Sampah Sekolah, sebagai upaya untuk menghijaukan sekolah. Saya yakin bahwa sekolah bisa menjadi tempat pendidikan pengelolaan sampah sejak dini dengan mempraktikkan pengelolaan sampah mulai dari pemilahan, pengumpulan, penimbangan, dan hingga penabungan sampah di Bank Sampah Sekolah. 

Selain itu, dengan adanya Bank Sampah Sekolah dapat menjadi sumber belajar pada projek penguatan profil pelajar Pancasila tema Gaya Hidup Berkelanjutan, mendukung Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS), dan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di sekolah.

Semoga integrasi pendidikan perubahan iklim dalam Kurikulum Merdeka ini dapat terus dipertahankan dan diperluas ke hal-hal baik lainnya seperti ekstrakurikuler lingkungan hidup, Bank Sampah Sekolah.

Salam nol sampah!
Berto Sitompul*

*) Berto Sitompul menginisiasi Bank Sampah Mengajar (BASMENJAR) di Kabupaten Bengkalis, Riau dan mempelopori edukasi e-waste dan pengumpulan sampah elektronik (e-waste collection) pertama di Pulau Sumatera.  

Friday, April 12, 2024

Peranan Teknologi dalam Pendidikan Anak di Era Digital

Belajar di perangkat tablet (Dok. Kumon)

"Orang yang tidak meluangkan waktu lima hingga 10 jam seminggu dalam pembelajaran digital akan menjadi usang dengan teknologi"
Stephenson, CEO dan pimpinan AT&T 

Pada masa sekarang ini, perkembangan teknologi bisa dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satunya adalah bidang pendidikan. 

Dulu, sekolah hanya bisa dilakukan bila guru melakukan tatap muka dengan para siswa. Namun di era digital ini, kegiatan tatap muka seolah-olah tidak perlu dilakukan karena adanya bantuan teknologi. 

Adanya penerapan teknologi untuk menunjang pendidikan sebetulnya bukan hal-hal yang baru amat. Namun sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, keberadaan teknologi semakin memiliki peran penting dalam pendidikan anak. 

Mengingat saat ini anak usia sekolah mengandalkan teknologi untuk belajar, bermain, dan juga bersosialisasi dengan teman-temanya. 

Tiga kebutuhan tersebut semakin meningkat ketika anak memasuki usia remaja. Misalnya, saat ini semakin marak kursus online seperti kursus bahasa inggris online dan les matematika online 

Kali ini, guruberto.com akan menjelaskan beberapa peranan penting teknologi dalam pendidikan anak di era digital. Yuk, simak ulasannya. 

Peranan teknologi dalam pendidikan anak



Peranan teknologi dalam dunia pendidikan berkembang pesat seiring dengan munculnya peralatan dan aplikasi untuk menunjang proses pembelajaran. Untuk lebih jelasnya, ini dia lima peranan teknologi dalam pendidikan anak di era digital.
1. Meningkatkan minat belajar anak
Salah satu peranan teknologi dalam pendidikan adalah meningkatkan minat belajar anak. Karena teknologi dapat membantu guru dalam menyiapkan materi dan perangkat ajar agar lebih menarik dibandingkan melalui metode tradisional.

Selain itu, kebanyakan anak familiar dengan teknologi dan piawai bermain gawai sehingga mereka cenderung lebih tertarik terhadap aktivitas pembelajaran melalui teknologi.

2. Memudahkan proses pembelajaran
Peranan teknologi dalam pendidikan selanjutnya adalah memudahkan proses pembelajaran. Teknologi memberikan akses mudah ke beragam sumber belajar seperti buku elektronik, lembar kerja, video pembelajaran, dan aplikasi pendidikan.

Salah satu manfaat utama penggunaan teknologi dalam pembelajaran adalah keluwesan. Anak tidak terikat oleh waktu dan tempat tertentu, mereka tetap bisa belajar kapan saja dan di mana saja sesuai dengan kebutuhan mereka. 

Metode pendidikan berbasis teknologi seperti itu salah satunya ada di KUMON CONNECT. Di sini anak dapat belajar secara digital dengan metode Kumon menggunakan tablet sebagai media belajar. Tablet juga sudah diisi dengan lembar kerja pelajaran matematika dan bahasa inggris. 

Melalui Kumon digital, materi dan soal-soal yang diajarkan di bimbel matematika anak dan les bahasa inggris anak bisa kita dapatkan hanya dalam genggaman.

3. Memantau kemajuan belajar
Peranan teknologi dalam pendidikan berikutnya adalah mendukung penilaian dan pemantauan kemajuan belajar anak. 

Kita contohkan pada penggunaan KUMON CONNECT. Tak hanya anak, Ayah dan Bunda juga dapat terhubung melalui KUMON CONNECT sehingga dapat memantau perkembangan belajar anak dan mengetahui umpan balik dari pengajar melalui fitur Study Records.

Melalui fitur tersebut, kita bisa melihat hasil belajar dan informasi mengenai tanggal pengerjaan, lamanya waktu pengerjaan, dan banyaknya lembar kerja yang sudah dikerjakan.

4. Membangun kolaborasi 
Peranan teknologi dalam pendidikan selanjutnya adalah membangun kolaborasi yang kuat. Melalui teknologi, anak dapat bekerja sama dengan teman-teman di seluruh dunia.

Ketika terkoneksi dengan internet, mereka dapat berbagi ide, informasi, pengalaman, keterampilan, dan memecahkan masalah bersama melalui projek-projek online. Ini mengajarkan mereka pentingnya kolaborasi dalam dunia yang semakin terhubung.

5. Menumbuhkan kesadaran akan lingkungan
Terakhir, peranan teknologi dalam pendidikan anak adalah menumbuhkan kesadaran akan lingkungan. 

Salah satu aspek penting dari penggunaan teknologi dalam pembelajaran adalah mendukung keberlanjutan dan meningkatkan kesadaran lingkungan untuk bumi yang lebih baik. 

Hal ini karena pembelajaran menggunakan teknologi dapat mengurangi pengggunaan kertas seperti KUMON CONNECT, tidak butuh kertas atau buku (paperless). 

Dalam proses pengerjaan soal, KUMON CONNECT lebih ramah lingkungan karena anak mengerjakan soal melalui perangkat tablet dengan stylus pen.

Di samping itu, pembelajaran menggunakan teknologi juga dapat menghemat energi dan mengurangi emisi. 

Universitas Terbuka di Inggris menemukan bahwa rata-rata belajar daring 90 persen lebih sedikit energi dan 85 persen lebih sedikit emisi per siswa.

Mengingat pentingnya peranan teknologi dalam pendidikan anak di era digital, sewajarnyalah Ayah dan Bunda serta Bapak, Ibu guru untuk menjaga waktu yang dihabiskan anak-anak di depan layar, memastikan konten yang mereka akses sesuai, dan mengajarkan etika berkomunikasi yang baik di dunia digital.
 

Hybrid learning yang menyenangkan


Kita ingat di tahun 2020, pandemi Covid-19 menyebabkan dunia pendidikan harus mengalami perubahan metode kegiatan belajar mengajar dari tatap muka ke daring dengan pemanfaatan teknologi digital dan internet.
 
Selain adanya teknologi, pemilihan metode pembelajaran yang tepat juga dapat membantu proses pembelajaran, hybrid learning hadir sebagai solusi pembelajaran saat ini meski tak lagi pandemi. 

Hybrid learning merupakan metode pembelajaran dengan sistem daring yang dikombinasikan dengan pertemuan tatap muka untuk beberapa jam. 

Metode pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk belajar di mana saja dan kapan saja dengan menggunakan teknologi digital. 

Penerapan hybrid learning juga dinilai lebih efektif untuk meningkatkan prestasi, keterlibatan siswa, dan pandangan positif mereka tentang pembelajaran. 

Kombinasi pembelajaran daring dengan tatap muka berhasil memadukan metode hybrid learning. Belakangan ini, metode hybrid learning tidak hanya digunakan untuk membantu anak belajar di sekolah, tetapi juga oleh beberapa lembaga kursus.

Hybrid learning 

Kumon, lembaga kursus asal Jepang menyediakan pembelajaran secara hybrid dengan materi yang lengkap dan disesuaikan dengan kemampuan anak. Sehingga pengajar dan Ayah dan Bunda dapat mengoptimalkan potensi belajar anak semaksimal mungkin.
 
Semakin menarik, sekarang Kumon menghadirkan metode hybrid learning yang menyenangkan, yaitu KUMON CONNECT

Metode belajar ini menggunakan tablet sebagai media belajar sehingga menarik minat anak untuk bersemangat belajar. Tablet juga dilengkapi dengan stylus pen untuk memudahkan mereka untuk menulis dan berkreasi.

Untuk informasi leboh lanjut mengenai program KUMON CONNECT, Ayah dan Bunda bisa langsung menghubungi Kumon terdekat atau mengunjungi laman Kumon disini

Tunggu apalagi? Yuk, segera daftarkan anak-anak untuk mengikuti kelas KUMON CONNECT.(*)

Friday, January 5, 2024

5 Langkah Menuju Sekolah Adiwiyata


Bapak Pendidikan, Ki Hadjar Dewantara pernah berkata bahwa sejatinya sekolah itu layaknya taman. Taman yang menyenangkan untuk belajar dan taman bermain. Hal ini sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang juga mendorong transformasi satuan pendidikan diantaranya menjadi tanggung jawab seluruh insan pendidikan untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan, dan inklusif. Upaya yang dapat dilakukan dalam rangka mewujudkan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan dan inklusif adalah menghadirkan program Adiwiyata

Mengutip Buku Sekolah Adiwiyata (Panduan Implementasi Adiwiyata Mandiri di Sekolah) dijelaskan bahwa secara etimologi, Adiwiyata berasal dari kata dalam bahasa Sansekerta, yakni "Adi" artinya besar, ideal, agung, dan sempurna. Sedangkan "Wiyata" artinya tempat yang bagus dan ideal untuk memperoleh segala ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam kehidupan sosial. Secara keseluruhan Adiwiyata bermakna sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yag dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.

Adapun tujuan program Adiwiyata adalah untuk mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

Untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka ditetapkan 4 (empat) komponen program yang menjadi satu kesatuan yang utuh dalam mencapai sekolah Adiwiyata. Keempat komponen tersebut adalah:
  1. Kebijakan Berwawasan Lingkungan
  2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan
  3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
  4. Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah Lingkungan
Komponen 1 dan 2 merupakan kewenangan dan kebijakan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sedangkan kompponen 3 dan 4 merupakan kewenangan dan kebijakan dari Kementerian Lingkungan Hidup.

Program Adiwiyata bukanlah program khusus yang harus dilaksanakan oleh pihak sekolah. Mengutip Buku Panduan Adiwiyata, ada 5 (lima) langkah  menuju sekolah Adiwiyata, yaitu membentuk tim Adiwiyata sekolah, menyusun kajian lingkungan sekolah, menyusun rencana aksi lingkungan sekolah, melaksanakan kegiatan aksi lingkungan, dan terakhir adalah evaluasi  dan monitoring.

1. Membentuk Tim Adiwiyata Sekolah
Tim Adiwiyata sekolah harus mengandung unsur kepala sekolah, komite sekolah, guru, tenaga kependidikan (tata usaha), siswa, orang tua siswa, pemerintah setempat (kelurahan, kecamatan), perguruan tinggi, masyarakat sekitar termasuk juga Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Tim Adiwiyata sekolah sebaiknya terdiri dari tim inti dan tim teknis. Sebagai contoh, susunan tim Adiwiyata dapat mengacu pada ketentuan berikut.
Tim Inti:
  • Koordinator
  • Sekretaris
  • Bendahara
Tim Teknis
  • Kelompok Kerja Bidang Kebijakan
  • Kelompok Kerja Bidang Kurikulum
  • Kelompok Kerja Bidang Kegiatan Partisipatif
  • Kelompok Kerja Bidang Sarana Prasarana
Peranan dari tim Adiwiyata sekolah adalah untuk mengkoordinasikan tentang pelaksanaan program Adiwiyata, pengelolaan lingkungan di sekolah, pelibatan semua unsur warga sekolah, dan keterlibatan aktif dari seluruh siswa.

2. Menyusun Kajian Lingkungan Sekolah
Fungsi utama dari penyusunan kajian lingkungan adalah untuk mengetahui gambaran dan kondisi lingkungan sekolah (lingkungan dimana sekolah tersebut berdiri) saat ini yang perlu segera dilakukan langkah perbaikan. Selain itu, kajian lingkungan akan memberikan gambaran informasi tentang rencana akasi lingkungan yang akan dilakukan. Dengan menyusun kajian lingkungan, maka sekolah dapat menentukan arah yang jelas terhadap pelaksanaan program Adiwiyata, sehingga setiap sekolah tidaklah mungkin menghasilkan kajian lingkungan yang sama, dan tentunya tidak mungkin pula melaksanakan rencana aksi yang sama.

Penyusunan kajian lingkungan dapat dilakukan dengan cara:
  • Tim harus memastikan bahwa seluruh anggota bekerja sama sebaik mungkin untuk melaksanakan kajian, sebanyak mungkin siswa berpartisipasi dalam proses ini,
  • Kajian lingkungan oleh tim sekolah dapat dilakukan melalui sebuah instrumen checklist mencakup berbagai isu lingkungan yang terjadi di sekolah, misalnya:
  1. Sampah
  2. Air
  3. Energi
  4. Makanan dan kantin sekolah
  5. Keanekaragaman hayati
  6. (masalah lingkungan yang menjadi isu lingkungan di sekolah)
Dari isu lingkungan yang ada, sekolah dapat memfokuskan pada satu atau beberapa masalah yang akan ditetapkan menjadi fokus dalam melakukan rencana aksi lingkungan.
  • Kajian lingkungan dilakukan pada kurun waktu tertentu, misalanya dilakukan tahunan atau dua tahun sekali sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Hal tersebut dilakukan untuk mengukur dan mengevaluasi kemajuan kinerja tim sekolah.
3. Penyusunan Rencana Aksi Lingkungan
Rencana aksi harus dikembangkan berdasarkan hasil kajian lingkungan yang telah dilakukan. Dalam penyusunan rencana aksi lingkungan perlu diperhatikan bahwa sasaran yang ditetapkan realistis sesuai dengan potensi dan sumber daya yang dimiliki dan dapat dicapai. 

Cara yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam menyusun rencana aksi lingkungan adalah:
  • Penyusunan rencana aksi berangkat dari hasil kajian lingkungan yang telah dilakukan.
  • Pilihlah topik yang sesuai dengan prioritas kebutuhan sekolah dengan mempertimbangkan kemampuan dan tenggang waktu yang dimiliki (misalnya, sekolah ingin mengatasi permasalaha sampah sebagai kegiatan utama, maka semua sumber daya yang dimiliki sekolah diarahkan untuk mengatasi permasalahan tersebut).
  • Jika ada bagian yang tidak mampu diselesaikan oleh sekolah, maka perlu dicari cara bagaimana sekolah bekerja sama dengan pihak lain agar dapat mengatasinya (misalnya bekerja sama dengan dinas kebersihan untuk mengangkut sampah ke TPA).
  • Tetapkan siapa yang akan menjadi penanggung jawab setiap kegiatan (sedapat mungkin kegiatan harus melibatkan siswa).
  • Lakukan perencanaan terhadap alokasi dana yang dibelanjakan untuk setiap aktivitas yang dilakukan.

Rencana aksi lingkungan harus dideskripsikan ke dalam 4 komponen program Adiwiyata, yaitu komponen kebijakan, kurikulum, kegiatan partisipatif, dan sarana prasarana. Rencana aksi lingkungan inilah yang disebut sebagai program Adiwiyata.

4. Pelaksanaan Aksi Lingkungan
Setelah rencana aksi lingkungan tersusun dan didokumentasikan oleh sekolah, langkah selanjutnya adalah melakukan rencana aksi lingkungan. Pelaksanaan aksi lingkungan yang dilaksanakan sekolah mengacu pada 4 komponen program Adiwiyata, yaitu komponen kebijakan, kurikulum, kegiatan partisipatif, dan sarana prasarana.

Pelaksanaan aksi lingkungan harus dapat dibuktikan dengan dokumen otentik yang sah, seperti bukti perencanaan program, bukti daftar hadir dan berita acara, bukti silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, bukti akta kerjasama (Memorandum of Understanding), bukti hasil kegiatan siswa, bukti-bukti lain yang mendukung seperti foto, leaflet, dan sebagainya.

Khusus untuk sekolah Adiwiyata yang akan menuju Adiwiyata Mandiri di samping bukti otentik tersebut, harus juga dilengkapi dengan bukti otentik tentang akta kerjasama dan laporan kemajuan (progres report) dari hasil pembinaan/pengimbasan kepada 10 (sepuluh) sekolah lain yang menjadi kewenangannya.

5. Evaluasi dan Monitoring
Pada prinsipnya, evaluasi dan monitoring dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah tim Adiwiyata sekolah berhasil mencapai target yang tercantum dalam Rencana Aksi Lingkungan atau tidak, maka harus dilakukan pemantauan untuk mengukur kemajuan yang diharapkan. Proses evaluasi dan monitoring yang dilakukan terus menerus akan membantu untuk memastikan bahwa kegiatan ini tetap berkelanjutan. Pelaksanan evaluasi dan monitoring dapat dilakukan sendiri oleh pihak sekolah yang terbagi ke dalam evaluasi dan monitoring ketercapaian rencana aksi lingkungan dan evaluasi dan monitoring untuk mendapatkan penghargaan Adiwiyata.

Evaluasi dan monitoring untuk ketercapaian rencana aksi lingkungan yang dapat dilaksanakan oleh sekolah dengan menggunakan kuesioner dan survei untuk mengumpulkan data kemajuan kegiatan dengan melibatkan siswa dalam bentuk antara lain:
  • Melakukan pembacaan meter dan perhitungan tagihan energi untuk melihat perubahan kegiatan penghematan energi.
  • Menimbang sampah yang terkumpul untuk didaur ulang. Penimbangan ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengaruh kegiatan pengelolaan sampah.
  • Mendokumentasikan setiap tahap kegiatan (sebelum, selama, dan setelah) dalam bentuk foto-foto untuk membandingkan perubahan yang terjadi di sekolah.
  • Membuat daftar spesies (jika memungkinkan) sebelum dan setelah kegiatan untuk melihat pengaruh untuk menujukkan dampak kegiatan terhadap keanekaragaman hayati di sekitar sekolah.

Bukti-bukti fisik dalam kegiatan ini akan sangat membantu dalam evaluasi dan monitoring untuk mendapatkan penghargaan Adiwiyata. 

Wednesday, November 1, 2023

Materi Pokok Soal Seleksi Kompetensi Teknis Untuk Jabatan Guru Tahun 2023


Dalam surat Nomor : 8/2881/M.SM.01.00/2023 tanggal 30 Oktober 2023, Kementerian PANRB telah menginformasikan materi pokok soal seleksi kompetensi teknis dengan computer asissted test (CAT) untuk seleksi pengadaan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) tahun anggaran 2023.   

Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) yang profesional, kompeten, dan melayani dengan baik, setiap PPPK diwajibkan memiliki kompetensi berupa komptensi manjerial, kompetensi sosial kultural, dan kompetensi teknis yang sesuai dengan standar kompetensi jabatan masing-masing.

Materi Pokok Soal Seleksi Kompetensi Teknis CAT
Sebagaimana diamantakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang manajemen PPPK, tahapan seleksi PPPK, setelah selesai seleksi administrasi dilanjutkan dengan seleksi kompetensi, yang terdiri dari seleksi kompetensi manajerial, seleksi kompetensi sosial, seleksi kompetensi teknis, dan wawancara berbasis komputer.

Untuk memastikan bahwa setiap peserta seleksi PPPK tahun 2023 ini dapat mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk dalam seleksi kompetensi teknis,  Kementerian PANRB menyampaikan informasi terkait materi pokok soal seleksi kompetensi teknis.

Materi ini dapat membantu peserta mengetahui poin-poin penting dari soal seleksi kompetensi teknis yang akan diujikan berbasis komputer sesuai dengan kompetensi jabatan yang mereka lamar.

PANSELNAS, Panitia Seleksi Nasional telah menyusun materi pokok soal seleksi kompetensi teknis dengan menggunakan computer assisted tesd  (CAT) untuk jabatan fungsional berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2023 tentang Pengadaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja untuk Jabatan Fungsional. 

Dear calon guru PPPK, pada kesempatan ini guruberto.com akan akan membagikan materi pokok soal seleksi kompetensi teknis untuk jabatan guru ahli pertama, yaitu:
  1. Konsep suatu disiplin ilmu yang relevan
  2. Materi suatu disiplin ilmu yang relevan
  3. Hirarki konsep dan materi suatu disiplin ilmu
  4. Prasyarat dari suatu disiplin ilmu yang relevan
  5. Keterkaitan suatu konsep dengan konsep yang lain
  6. Konsep-konsep yang berkaitan dengan suatu disiplin
  7. Teori belajar Ausubel
  8. Teori Belajar Gagne
  9. Teori Belajar Piaget
  10. Karekateristik murid berkebutuhan khusus
  11. Tahapan perkembangan berdasarkan usia dan karakteristik khas masing-masing tahap
  12. Teori belajar Gagne: Taksonomi Bloom dan perkembangannya
  13. Profil Pelajar Indonesia
  14. Teori Belajar Gagne
  15. Learning Objective
  16. Individualied Education Program (IEP) dan prinsip-prinsip differentiated learning
  17. Teori dasar komunikasi
  18. Active listening
  19. Kesepakatan dan kebiasaan positif di lingkungan belajar
  20. Konsep dan prinsip-prinsip motvasi dalam pendidikan
  21. Mengembangkan motivasi siswa
  22. Behavior modification & habit formation
  23. Prinsip-prinsip rewardi, punishment, dan reinforcement dalam pembentukan tingkah laku
  24. Desain pembelajaran
  25. Facilitating learning
  26. Berpikir kritis
  27. Berbagai teknis asesmen di tingkat kelas (classroom-based assesment) seusai dengan tujuan pembelajaran
  28. Konsep dan prinsip assesment as learning dan asessment for learning
  29. Pemanfaatan hasil asesmen untuk perbaikan pembelajaaran (feedback)
  30. Program remedial dan program pengayaan berdasarkan hasil asesmen
  31. Refleksi
  32. Procedural & declarative knowledge
  33. Working memory & long-term memory
  34. Kode etik guru
  35. Interaksi guru-murid 
  36. School safety
  37. Diversity
  38. Pengertian dan pengembangan potensi
  39. Perencanaan karir dan pengembangan potensi diri

Panitia Seleksi Nasional mengingatkan semua peserta seleksi untuk memanfaatkan materi pokok soal ini dengan baik untuk meningkatkan peluang lulus seleksi PPPK tahun 2023 ini. Penguasaan materi seleksi kompetensi teknis ini akan membantu para peserta untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam tahapan seleksi ini. 

Thursday, October 26, 2023

Orang Muda dan Perubahan Iklim


Perubahan iklim telah mengancam kehidupan manusia. Kekhawatiran tentang dampak perubahan iklim saat ini dan di masa depan semakin meningkat. Perubahan iklim merupakan perubahan yang signifikan terhadap iklim dalam rentang waktu puluhan sampai ratusan tahun. Perubahan iklim dapat berdampak secara langsung atau tidak langsung seperti terjadinya cuaca ekstrim, suhu bumi meningkat, timbulnya penyakit dan kesehatan mental.

Adanya perubahan ini tidak hanya mengakibatkan kerusakan pada kondisi fisik namun juga kondisi psikologis manusia. Tidak heran, jika dampak perubahan iklim ini menyebabkan munculnya kecemasan pada generasi muda terkait kondisi masa depan planet bumi yang semakin buruk atau tidak layak, hingga muncul konsep baru, seperti climate anxiety atau eco-anxiety. Apa itu? Climate anxiety merupakan suatu kekhawatiran tentang dampak  perubahan ikim, dan telah secara konsisten dibuktikan oleh berbagai penelitian.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hickman dkk., (2021) mengungkapkan bahwa generasi muda lebih rentan terhadap kecemasan iklim. Penelitian yang melibatkan 10 ribu responden dari 10 negara menunjukkan bahwa 59 persen orang muda usia 16 - 25 tahun merasa sangat khawatir dan 85 persen merasa khawatir. Selain itu, sebanyak 45 persen anak muda mengatakan bahwa perubahan iklim berdampak pada kehidupan sehari-hari mereka dan 75 persen anak muda merasa sangat cemas mengenai masa depan. 

Di Indonesia, baru-baru ini ada penelitian terbatas yang dilakukan Siti Jaroah (2023) terhadap 107 responden menunjukkan bahwa orang muda (usia 15 - 29 tahun) menyatakan perasaan khawatir, takut, sedih, marah, panik, dan bingung terkait dengan isu perubahan iklim. Orang muda yang dilibatkan dalam penelitian itu mengaku tidak mengalami dampak psikologis yang lebih serius selain dari emosi negatif yang mereka rasakan. 

Penelitian itu juga mengungkapkan bahwa sebagian besar pengetahuan mereka tentang perubahan iklim terbatas hanya terkait dengan perubahan cuaca. Karena, itu banyak responden yang tertarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang perubahan iklim dari media sosial sebagai sumber informasi utama untuk menjawab rasa ingin tahu mereka.

Edukasi sampah elektronik (e-waste) dan e-waste collection yang diinisasi oleh penulis

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa mereka tidak memperoleh informasi yang akurat dan memadai terkait isu perubahan iklim melalui pendidikan formal di sekolah. Kondisi ini mencerminkan kurangnya upaya pihak sekolah dan pembuat kebijakan untuk mengintegrasikan isu perubahan iklim ke dalam proses pembelajaran.

Setelah mengetahui tingginya tingkat kecemasan iklim di kalangan generasi muda, jelas ada konsekuensi sosial yang signifikan dari perubahan iklim, diantaranya adalah kehilangan motivasi dan inisiatif untuk bertindak bahkan dalam hal sederhana untuk mengatasi dampak perubahan iklim. Hal ini lebih terasa jika kaum muda merasa respon pemerintah terhadap isu ini belum memadai. 

Sebagaimana hasil penelitian dari Hickman (2021) yang menujukkan bahwa lebih dari separuh responden yang menjadi subjek penelitian mereka merasa kecewa dengan pemerintah mereka. Dalam hal ini, Albrecht (2011) mengemukakan keputusasaan dapat memunculkan sikap apatis, sinis, dan acuh tak acuh, yang dikenal sebagai kebuntuan untuk bertindak (eco-paralysis).

Nah, jika kondisi ini terjadi, maka dunia akan kehilangan generasi yang sangat dibutuhkan untuk melanjutkan upaya mengatasi perubahan iklim. Generasi ini diharapkan menjadi aktor dan berperan aktif dalam mengatasi dampak perubahan iklim. Pasalnya, dampak tersebut akan berlangsung dalam rentang waktu yang cukup lama, bahkan mencapai puluhan tahun, masa ketika bumi tengah dipegang oleh kaum-kaum muda tersebut.

Mulai dari harapan
Banyak hal yang dapat dilakukan oleh komunitas guru di sekolah untuk membantu anak-anak dan orang muda mengelola kecemasan lingkungan serta - jika memungkinkan - menghindari kebutuan untuk bertindak (eco-paralysis). Dalam konteks ini, penting untuk melai mengubah narasi perubahan ilkim bukan hanya sebagai bencana dan masa depan bumi suram, tetapi juga mempertimbangkan adanya harapan yang berpijak pada fakta  atau realitas.

Marlon dkk., (2019) mengusulkan narasi yang mengandung harapan yang konstruktif seperti penyampaian keberhasilan dari upaya-upaya yang dilakukan pemerintah, industri, dan masyarakat umum. Namun, tetap mengakui besarnya kesenjangan yang masih ada antara upaya yang dilakukan dan kerusakan yang terjadi, untuk memastikan keberlanjutan.

Kaum muda dan anak-anak sebenarnya mempunyai rasa ingin tahu dan minat yang tinggi. Oleh karena itu, dalam dunia pendidikan, guru dapat memulai dengan melibatkan siswa dalam mengamati dengan sederhana tentang dampak perubahan iklim di sekitar mereka, dan mendorong mereka untuk memikirkan solusi serta melakukan aksi nyata untuk mengurangi dampaknya.

Proyek lintas mata pelajaran bertema gaya hidup berkelanjutan yang dipandu oleh penulis

Berkaitan dengan itu, isu-isu perubahan iklim terkini penting segera diintegrasikan dalam mata pelajaran yang sesuai. Mengacu pada penelitian yang telah disebutkan, ketergantungan kaum muda dan anak-anak pada media sosial untuk memperoleh informasi yang akurat dan relevan dengan kebutuhan mereak terkait perubahan iklim perlu diatur lebih lanjut.

Agama dan lingkungan
Hampir seluruh penduduk dunia menganut agama tertentu. Karena itu, agama dinilai sangat berpengaruh dalam memberi dukungan bagi individu dalam mengatasi emosi dan dan perubahan iklim. Akar dari dampak perubahan iklim yang kita rasakan saat ini sebagiannya disebabkan oleh pandangan religius mengenai manusia yang dianggap memiliki hak untuk menguasai bumi untuk kepentingan dirinya, maka pemecahan masalah ini juga harus melibatkan agama. 

Sebagai wujud keterlibatan itu, agama-agama telah aktif menyatakan komitmen mereka mengenai perubahan iklim. Pada 2018, PBB melibatkan komunitas keagamaan dan organisasi yang terkait untuk berpartisipasi secara aktif melalui inisiatif faith for earth. Dalam kolaborasi umat beragama ini dibentuk Dewan Pemuda sebagai salah satu platform bagi gerakan pemuda yang terkait dengan agama atau berada dalam berbagai organisasi keagamaan untuk #BersamaBergerakBerdaya terhadap isu perubahan iklim. 

Selanjutnya, pada 2019, Indonesia mengusulkan kolaborasi antar umat beragama untuk pelestarian hutan (faith for forest). Inisiatif kolaborasi antar umat beragama untuk perlindungan hutan hujan di Indonesia  merupakan realisasi dari pertemuan Religions for Peace International di Oslo, Norwegia, pada Juni 2018. 

Upaya perlindungan hutan menjadi upaya esensiil karena terkait dengan mitigasi perubahan iklim global, mencegah polusi udara dan pengendali pemanasan global, sebagai paru-paru dunia untuk membersihkan dari pencemaran udara, penghasil karbon sink untuk mereduksi gas emisi dimana berbagai jenis tumbuhan mulai dari semak belukar sampai pohon memiliki kemampuan untuk menyerap gas karbondioksia kemudian diubah menjadi gas oksigen yang membuat bumi lebih sejuk. 

Indonesia merupakan Negara yang memiliki berbagai keragaman, seperti halnya keberagaman agama dan tradisi Nusantara. Oleh karena itu, kaum muda di Indonesia memiliki sumber belajar yang sangat kaya dan unik. Misalnya, guru-guru agama, dapat mendorong siswa untuk mengambil perannya dalam menjaga lingkungan di sekitar mereka dan menyadarkan bahwa setiap tindakan ramah lingkungan sederhana #UntukmuBumiku, seperti memilah sampah dan menanam pohon, merupakan  bagian daripada keimanan.

Guru-guru juga dapat bekerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah untuk melakukan upaya mitigasi bersama berbasis kearifan lokal. Sebagai contohnya, mereka mempelajari tradisi "hoyak tabuik" (prosesi mengguncang patung Tabot) di Pariaman, yaitu adanya penanaman tanaman cemara dan mangrove di pesisir pantai, serta keyakinan akan terlindungi oleh pulau-pulau kecil di sekitar laut Kota Pariaman.

Hoyak Tabuik di Kota Pariaman by langgam.id

Jika guru-guru di sekolah mampu melakukan hal ini, diharapkan proses pendidikan di sekolah akan mulai menumbuhkan harapan-harapan yang realistis dan konstruktif. Dengan demikian, akan terbentuk #MudaMudiBumi yang memiliki keyakinan bahwa perubahan iklim dapat diatasi secara bersama-sama, berlandaskan pemahaman dan pengetahuan yang mendalam tentang perubahan iklim. Namun, yang tak kalah penting, diharapkan pemerintah memiliki kebijakan pro terhadap keberlanjutan lingkungan dan orang muda. 

Yuk share mimpi kamu terhadap penanganan isu perubahan iklim dan perlindungan hutan!